Pages

Kamis, 17 Juni 2010

101st Airborne Division “Screaming Eagles” – US Army Division

101st Airborne Division dibentuk pada tanggal 15 Agustus 1942. Tidak seperti beberapa divisi lainnya yang memiliki sejarah di Perang Dunia I, 101st Airborne bisa dikatakan merupakan divisi yang benar-benar baru dibentuk seiring dengan keterlibatan AS dalam Perang Dunia II. Seperti yang dikatakan oleh Mayor Jenderal William C. Lee (komandan divisi pada saat itu), “The 101st Airborne Division, activated at Camp Toccoa, Georgia, has no history, but it has a rendezvous with destiny.”

Pada awalnya divisi dibentuk di Camp Toccoa, Georgia. Setelah menjalani proses latihan yang sangat keras (di mana rata-rata hanya 1 dari 3 orang yang akhirnya berhak menjadi pasukan lintas udara), pada bulan Desember 1942 divisi dipindahkan ke Fort Benning untuk menjalani latihan lebih lanjut. Bulan Maret 1943 divisi dipindahkan kembali ke Camp Mackall, North Carolina (diberi nama Mackall untuk mengenang John T.Mackall dari 82nd Airborne Division, anggota divisi lintas udara AS pertama yang gugur dalam Perang Dunia II). Kemudian pada bulan Agustus 1943 divisi diperintahkan untuk berangkat ke New York dan dari New York mereka kemudian berangkat ke Inggris.

Bulan September 1943 101st Airborne Division tiba di Inggris dan ditempatkan di Aldbourne, sekitar 80km dari London. Di Aldbourne ini mereka menghabiskan waktu dengan terus berlatih hingga bulan Maret 1944. Kemudian mereka dipindahkan ke Slapton Sands, Uppottery pada bulan April 1944. Kembali menghabiskan waktu dengan latihan keras hingga akhirnya pada bulan Juni 1944 mereka diterjunkan di Normandia.

Misi 101st Airborne Division di Normandia adalah mengamankan daerah di belakang Utah Beach, agar pasukan dari 4th Infantry Division yang melakukan pendaratan tidak tertahan terlalu lama di pantai. Setelah mengamankan daerah tersebut, divisi bergerak lebih jauh ke pedalaman Perancis. Menghadapi pertempuran sengit, termasuk di antaranya pertempuran memperebutkan Carentan. 101st Airborne Division bertempur hingga akhir Juni 1944 di Perancis, sebelum akhirnya ditarik kembali ke Inggris dan posisi mereka digantikan oleh 83rd Infantry Division.

Ditarik kembali ke Aldbourne, divisi menghabiskan waktu untuk memulihkan kembali kekuatan mereka. Bulan Agustus 1944 mereka dipersiapkan untuk kembali melakukan penerjunan di Perancis, kali ini di Chartres. Namun penerjunan dibatalkan karena Chartres sudah terlebih dahulu dikuasi oleh 3rd Army pimpinan Jenderal Patton. Divisi kembali menghabiskan waktu mereka untuk latihan dan mengembalikan kekuatan mereka karena pada bulan September 1944 101st kembali diterjunkan ke medan tempur. Kali ini adalah Operation Market Garden di Belanda.

Dalam operasi lintas udara terbesar dalam sejarah ini, Sekutu berharap bisa mengakhiri perang sebelum akhir tahun 1944. Jika berhasil menguasai Belanda, Sekutu bisa langsung menyerbu masuk ke wilayah Jerman. Namun operasi ini gagal karena perlawanan sengit pihak Jerman. 101st Airborne Division dalam operasi ini bertugas di wilayah Eindhoven. Salah satu wilayah yang dikuasai oleh 101st Airborne sangat rawan oleh serangan Jerman sehingga mereka menamakannya “Hell`s Highway.” Pada bulan Oktober-November 1944 pasukan-pasukan lintas udara yang terlibat dalam operasi mulai ditarik pulang. Posisi mereka di Belanda digantikan oleh 1st Canadian Army.
Pada tanggal 16 Desember 1944 pasukan Jerman melancarkan serangan mendadak di Ardennes, Belgia. Pasukan Sekutu dipukul mundur oleh pasukan Jerman. Intelijen Sekutu terbukti gagal memperkirakan kekuatan Jerman. Akibatnya maka selain dipukul mundur, Sekutu juga bisa dikatakan tidak memiliki pasukan cadangan yang memadai. Eisenhower hanya memiliki dua divisi cadangan yang bisa dikatakan siap tempur (walaupun dengan perlengkapan seadanya), 82nd dan 101st Airborne Division yang segera diberangkatkan dengan menggunakan ratusan truk. Saking terburu-burunya diberangkatkan ke medan tempur, banyak personel yang kekurangan perbekalan dan amunisi. Bahkan 101st Airborne berangkat tanpa komandan mereka, Mayor Jenderal Maxwell D. Taylor karena dia sedang berada di AS. Bertindak sebagai acting commander 101st Airborne Division adalah Brigadir Jenderal Anthony C.McAuliffe, komandan artileri 101st Airborne.

Battle of The Bulge di Bastogne adalah titik di mana 101st Airborne Division memperlihatkan ketangguhan mereka. Diperintahkan untuk mempertahankan Bastogne, kota kecil yang strategis di perbatasan Belgia dengan Jerman; 101st Airborne bisa dikatakan terkepung oleh pasukan Jerman. Dengan kekuatan utama empat resimen infantry (501st, 506th, dan 502nd Parachute Infatry Regiment serta 327th Glider Infantry), 101st Airborne Division mempertahankan Bastogne dari kepungan dan gempuran tentara Jepang. Sebetulnya tidak hanya 101st Airborne yang bertahan di Bastogne. Selama pengepungan Bastogne mereka juga dibantu oleh Combat Command B dari 10th Armored Division. Juga beberapa tank dari 9th Armored Division, yang berhasil melarikan diri dari gempuran Jerman (sementara sisanya hancur oleh serangan Jerman). Selain itu masih ada 705th Tank Destroyer Battalion, dan tiga batalyon artileri (termasuk 969th Field Artillery Battalion, batalyon artileri kulit hitam). Walaupun demikian, mereka kekurangan perlengkapan, amunisi (sampai-sampai setiap pucuk meriam hanya diberi jatah 10 butir peluru), dan obat-obatan (sebagian besar personel medis dan obat-obatan mereka berhasil ditawan oleh pasukan Jerman pada tanggal 19 Desember 1944).

Pada pengepungan ini, komandan pasukan Jerman yaitu Heinrich Freiherrvon Luttwitz sempat meminta agar pasukan yang berada di Bastogne menyerah. Walaupun terkepung, 101st Airborne menolak untuk menyerah dan McAuliffe menjawab permintaan Jerman tersebut dengan jawaban,”NUTS!”. Jerman terus menyerang Bastogne, tetapi gagal mematahkan perlawanan 101st Airborne. Akhirya pada tanggal 26 Desember 1944, 4th Armored Division dari 3rd Army pimpinan Patton berhasil menembus kepungan Jerman dan memasuki Bastogne.

Setelah Bastogne, 101st Airborne masih terlibat dalam serangan balik terhadap posisi-posisi Jerman. Foy, Nouville, dan akhirnya ditarik dari medan tempur pada Februari 1945. Pada bulan Maret 1945, 101st Airborne Division memperoleh penghargaan Presidential Citation yang diserahkan oleh Jenderal Eisenhower. Dalam sejarah militer AS, baru pada saat itulah Presidential Citation diberikan kepada satu divisi (biasanya diberikan kepada batalyon atau resimen). “Never before has a full division been cited by the War Department, in the name of the President, for gallantry in action. This day marks the beginning of a new tradition in the American Army.”

Bulan April 1945 101st Airborne Division diperintahkan untuk memasuki wilayah Jerman. Mereka menduduki wilayah Sungai Ruhr, dan mereka sempat membebaskan kamp konsentrasi di Dormagen. Mereka lalu diperintahkan ke wilayah Bavaria, menguasai Berchtesgaden pada Mei 1945 dan kemudian menuju Austria. 501st Parachute Infantry Regiment ditarik ke Perancis, sementara unit-unit lainnya tetap berada di Austria hingga perang usai dan akhirnya 101st Airborne Division dibubarkan pada tanggal 30 November 1945. Sekitar 2.000 personel 101st Airborne tewas dalam Perang Dunia II, dan lebih 6.000 lainnya luka-luka.

101st Airborne diaktifkan kembali sebagai unit pelatihan di Camp Breckinridge, Kentucky pada tahun 1948 dan 1950. Walaupun tidak ikut bertempur di Perang Korea, tetapi 11th Airborne Division yang dikirim ke Korea dipersiapkan di unit pelatihan ini. Baru pada tahun 1954 101st Airborne Division diaktifkan kembali di Fort Jackson, South Carolina dan pada 1956 dipindahkan ke Fort Campbell, Kentucky untuk diorganisasikan ulang sebagai divisi tempur. Pada masa ini divisi sempat dikirimkan untuk mengatasi kerusuhan rasial di Little Rock tahun 1957.

Tahun 1965, seiring dengan meningkatnya intensitas konflik di Vietnam, 101st Airborne Division dipersiapkan untuk dikirim ke Vietnam. Secara bertahap unsur-unsur dari divisi mulai diberangkatkan hingga pada tahun 1967 seluruh divisi sudah berada di Vietnam. Selama penugasan di Vietnam, divisi dlibatkan dalam sejumlah operasi militer skala besar dan terlibat dalam beberapa pertempuran besar melawan Vietkong dan tentara Vietnam Utara. Beberapa pertempuran itu antara lain Tet Offensive, Hamburger Hill, dan Firebase Ripcord.

Pada Januari 1968, Vietnam Utara melancarkan serangan mendadak ke Vietnam Selatan yang dikenal sebagai Tet Offensive. Serangan bahkan mencapai Saigon, ibu kota Vietnam Selatan. Unsur pasukan dari 1st Battalion,502nd Airborne Infantry bertempur untuk melumpuhkan pasukan Vietkong dan Vietnam Utara yang sempat menyerbu gedung kedutaan besar AS di Saigon. Sementara 501st Airborne Infantry ikut bertempur bersama pasukan Marinir AS untuk merebut kembali kota Hue.

Salah satu pertempuran yang menandai keterlibatan 101st Airborne Division di Perang Vietnam adalah”Battle of Dong Ap Bia” atau yang lebih dikenal sebagai “Hamburger Hill”. Pertempuran yang terjadi pada bulan Mei 1969 ini ketika pasukan Vietnam Utara dari 29th NVA Regiment menguasai sebuah bukit di Pegunungan Ap Bia, yang dikenal sebagai “Bukit 937”. Mengetahui adanya pasukan Vietnam Utara tersebut, maka 101st Airborne mengirimkan pasukan dari 187th Infantry dan 506th Infantry. Total ada empat batalyon infantry dari 101st Airborne Division dan satu batalyon tentara Vietnam Selatan yang diturunkan untuk menghadapi dua batalyon dari 29th NVA Regiment. Pertempuran berlangsung sengit. Pertempuran juga diwarnai oleh friendly fire, ketika dua heli tempur Cobra malah menembaki pasukan dari 101st Airborne, yang mengakibatkn dua orang tewas dan 35 lainnya luka-luka. Setelah 10 hari pertempuran, pasukan AS berhasil menguasai kembali bukit tersebut. 56 tentara AS dan 5 tentara Vietnam Selatan tewas dalam pertempuran, sementara di pihak Vietnam Utara sebanyak 675 personil mereka tewas.

Hamburger Hill menjadi kontroversi karena pertempuran itu tidak menghasilkan apa-apa. Bukit 937 tidak memiliki arti strategis maupun taktis, dan segera ditinggalkan oleh pasukan AS setelah direbut kembali dari Vietnam Utara. Padahal tidak kurang dari 500 ton bom dan 70 ton napalm dijatuhkan untuk merebut kembali bukit tersebut. Kerugian besar juga dialami 187th Infantry yang harus dibangun ulang setelah pertempuran. Pertempuran ini mendapat kecaman keras di dalam negeri AS sendiri. Hamburger Hill menjadi operasi search and destroy dalam skala besar terakhir yang dilancarkan pasukan AS dalam Perang Vietnam, setelah Hamburger Hill pasukan AS lebih sering bergerak dalam unit kecil dan mempercepat proses Vietnamisation.

Pertempuran Firebase Ripcord menjadi pertempuran besar terakhir antara pasukan AS dan Vietnam Utara dalam Perang Vietnam. Firebase Ripcord yang ditempati personel 3rd Brigade 101st Airborne dikepung oleh pasukan Vietnam Utara pada 1970. Pertempuran sengit berlangsung selama 23 hari pengepungan. Pasukan AS berhasil dievakuasi keluar pengepungan, walaupun dengan korban 61 orang tewas dan 345 luka-luka. Pada tahun 1971 divisi mulai ditarik dan Vietnam dan di bulan April 1972, seluruh divisi sudah berada kembali di Fort Campbell.

Pada Juni 1968, 101st Airborne Division sempat diubah menjadi 101st Air Cavalry Division. Perubahan ini tak lepas dari konsep airmobile yang diterapkan di 101st. Namun pada Agustus 1968 nama “Airborne” kembali disematkan kepada 101st dengan alasan faktor sejarah. Divisi pun kembali berubah menjadi 101st Airborne Division (Airmobile). Setelah kembalinya divisi dari Perang Vietnam dan reorganisasi, pada sejak 1974 101st Airborne ditetapkan sebagai divisi airmobile dan lebih menitikberatkan pada serbuan melalui helicopter. Sejak saat itu pula personel 101st Airbone tidak diwajibkan untuk memiliki wing terjun, dan 101st Airborne tidak lagi melakukan operasi tempur dengan penerjunan (berbeda dengan 82nd Airborne Division, yang masih diberi hak untuk melakukan operasi terjun tempur).

Sepanjang tahun 1980-an, bisa dikatakan 101st Airborne Division tidak banyak dilibatkan dalam operasi militer. Salah satu dari operasi 101st Airborne di era ini adalah ketika dilibatkan sebagai pasukan multinasional di gurun Sinai. Namun tragedi terjadi pada 12 Desember 1985 ketika pesawat DC-8 yang membawa mereka kembali dari Sinai jatuh sesaat setelah tinggal landas di Gander, Newfoundland. 248 personel AS dan 8 awak pesawat tewas. Sebagian besar korban tewas adalah personel 3rd Battalion, 502nd Infantry. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1988 juga terjadi musibah ketika dua helicopter divisi bertabrakan di udara, menewaskan 17 orang.

Periode tahun 1990-an, 101st Airborne kembali dilibatkan dalam sejumlah operasi tempur. Pertama adalah dalam Perang Teluk tahun 1991 ketika divisi menggelar operasi air assault terbesar dalam sejarah. Sebanyaka 2.000 personel, 50 kendaraan dan artileri, serta berton-ton perlengkapan berhasil dikirimkan sejauh 50 mil ke dalam wilayah Irak. Tidak ada personel 101st yang tewas di perang ini. Kemudian divisi juga terlibat dalam operasi pasukan perdamaian di Rwanda, Haiti, dan Bosnia.

Seiring dengan invasi AS ke Irak dan Afghanistan, 101st Airborne Division pun kembali dilibatkan. Namun di Irak inilah nama besar 101st Airborne Division tercoreng dengan adanya kasus “Mahmudiyah Killings”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar